Source: http://www.amronbadriza.com/2012/10/cara-membuat-popup-window-di-blog.html#ixzz2QgZ7w0A2

Selamat Datang Di Blog Rams Aroza

Selamat Datang Di Blog Rams Aroza

Kamis, 25 April 2013


Makalah Tentang "Monumen Nasional"

BAB I
PENDAHULUAN

            Pada tanggal 17 Agustus 1961 dimulai pembangunan Monumen Nasional. Monumen ini tidak hanya sekedar tugu yang menampilkan keindahan fisik, namun menjadi sumber inspirasi bagi generasi mendatang untuk mengenang perjuangan merebut kemerdekaan serta sumber semanggat untuk tetap mempertahankan kemerdekaan. Dan sebagai ungkapan rasa terima kasih bangsa kepada perjuangan dan pengorbanan patriot bangsa yang telah tiada,
Namun, monument nasional (Monas) kurang menarik bagi generasi muda sekarang padahal Monas merupakan symbol yang merefleksikan tentang sejarah perjuangan bangsa yang harus terus dikenang. Monas merupakan identitas bangsa Indonesia dan masyarakat seharusnya lebih mengenal monas. Atas dasar permasalahan itulah, penulis akan menjabarkan tentang sejarah monas dan solusi agar monas lebih dikenal oleh masyarakat sebagai objek wisata sejarah.

1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah pembangunan Monas?
2. Bagaimana Pelaksanaan Penbangunan Tugu Monumen Nasional?
3. Apa saja Bagian-Bagian Monumen Nasional?
4. Apa Makna Simbol-Simbol Monumen Nasional?
5. Apa Kelebihan dari Monas?
6. Apa kekurangan dari Monas?
7. Solusi untuk mengembangkan Monas?

1.3 Tujuan Penelitian
Mengetahui penyebab berkurangnya minat masyarakat terutama para generasi muda untuk mengunjungi objek wisata bersejarah.

1.4 Metode Penelitian
Metode yang digunakan oleh penulis dalam memperoleh data untuk makalah ini adalah dengan:
  1. Metode observasi, mengamati pengunjung dan keadaan dikawasan objek wisata.
  2. Metode Interview, dengan mewawancarai pengunjung dan pengelola objek wisata bersejarah Monas




BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Pembanguan Monumen Nasional
            Guna mengenang dan menandai kebesaran perjuangan Kemerdekaan bangsa Indonesia yang dikenal dengan Revolusi 17 Agustus 1945 serta untuk membangkitkan semanggat patriotisme generasi muda sekarang dan yang akan datang, maka dibangunlah suatu tanda peringatan yang bentuk tugu yang Kemudian diberi nama Monumen Nasional.
            Tugu atau Monumen Nasional memiliki cirri tersendiri. Arsitektur dan dimensinya melambangkan  kias kekhususan Indonesia. Bemtuk yang paling menonjol adalah menjulang tinggi dan palataran cawan yang laus mendatar. Di puncak Tugu api menyala tiada kunjung padam, melambangkan tekad dan semangat bangsa Indonesia yang tak pernah surut berjuang sapanjang mas. Angka-angka keramat bangsa Indonesia. 17-8-45 diabadikanpada Monumen ini.
            Bentuk dan tata letak Monumen Nasional ini sangat menarik. Dengan berdiri di plaza bagian utama Taman Monumen Nasional, orang dapat menikmati pemandangan indah sejuk yang mempesona, berupa taman dan kolam air mancur.  Disini orang dapat memasuki terowongan sepanjang 95 meter, tiga meter di bawah jalan silang Monas yang berpagar “Bambu Runcing”, mengingatkan pada model senjata bangsa Indonesia dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan.
            Lokasi pembangunan Tugu Nasional disepakati didirikan di Lapangan Merdeka. Mengingat Lapangan Merdeka terletak di jantung Ibukota Jakarta, seluas cukup ideal dan dikelilingi oleh gedung-gedung Pemerintah. Selain itu lapangan Merdeka mempunyai nilai sejarah, dimana Bangsa Indonesia mengalami cobaab (testcase) pada tanggal 19 september 1945 pada waktu mengadakan rapat raksasa di lapangan IKADA (Sekarang Lapangan Merdeka) untuk menyatakan kebulatan tejad menggalang persatuan mempertahankan kemerdekaan Indonesia terhadap penjajah di bawah tekanan penjagaan Jepang yang oada waktu itu dengan sangkur terhunus.
            Demikian pula halnya Jakarta dipilih sebagai tempat yang paling layak untuk didirikan Tugu Nasional, karena Jakarta bukan saja sebagai Ibukota Pusat Pemerintahan Republik Indonesia, tetapi sebagai kota Proklamasi. Di Jakrtalah Bung Karno dan Bung Hatta atas nama bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdakaan Indonesia. Di kota ini pula pada tanggal 19 september 1945 ratusan ribu rakyat Indonesia tanpa takut dan gentar menghadapi todongan sangkur dan kepungan mobil berlapis baja tentara Jepang menyatakan kebulatan tekad kepada dunia untuk merdeka dan hanya mengakui Pemerintah Republik Indonesia di lapangan Merdeka.
            Gagasan awal pembangunan Monumen Nasional muncul setelah sembilan tahun Kemerdekaan Republik Indonesia diproklamirkan. Atas dasar keinsyafan beberapa orang, selang beberapa hari setelah perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, dibentuklah “ panitia Tugu Nasional” yang bertugas mengusahakan berdirinya Tugu Monas tersebut. Panitia ini dipimpin oleh Sarwoko Martokusumo, S. Suhud selaku Penulis, Sunali Prawirosudirjo selaku Bendahara dan dibantu oleh 4 orang anggota masing-masing Supeno, K.S wijoto, E.F. Wenas dan Sudiro.
            Tugas panitia adalah mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan penbagunan Monumen Nasional yang akan didirikan di tengah-tengah Lapangan Medan Merdeka Jakarta. Termasuk mengumplkan biaya pembangunan yang harus dikumpulkan dari masyarakat sendiri.
Adapun maksud dan tujuan pembangunan Monumen Nasional adalah:
  1.  Memperingati dan mengabadikan Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 yang mewujudkan Revolusi Nasional;
  2. Mencerminkan jiwa dan perjuangan dalam menegakan semangat dan mempertinggi keagungan Revolusi Kemerdekaan Bangsa Indonesia (Ditampilkan dalam bentuk Tuguyang menjulang ke angkasa dengan puncak api yang tak kunjung padam);
  3. Memberikan inspirasi dalam mendidik generasi sekarang dan akan datang mengenai arti kebesaran perjuangan, kepribadian, kebudayaan dan martabat Bangsa Indonesia;
  4. Memperkenalkan Tugu Nasional kepada dunia Internasional, secara keseluruhan sebagai salah unsur objek wiasata.

2.2 Pelaksanaan Penbangunan Tugu Monumen Nasional
Pembangunan Tugu Monumen Nasional dilaksanakan melalui tiga tahap sebagai berikut :

2.3 Bagian-Bagian Monumen Nasional
  • Pintu Gerbang Utama.
Dengan berjalan di atas plaza di Taman Medan Merdeka Utara,  para pengunjung akan menikmati pemandangan taman dan air mancur yang ada disana. Kemudian setelah melewati patung pangeran Diponegoro, turun masuk kedalam terowongan yang melintas di jalan silang Monas dan keluar tepat di halaman Tugu Monumen Nasional yang sekelilingnya berpagar besi berbentuk “Bambu Runcing”

  • Ruang Museum Sejarah
Ruangan ini terletak 3 meter di bawah halaman Tugu Monumen Nasional, sedangkan atap Museum terletak 5 meter di atas halaman Tugu. Luas ruangan ini 80 x 80 m dan tinggi langit-langit 8 m. seluruh dinding, tiang-tiang dan lantai berlapis marmer. Pada keempat sisi dinding masing-masing terdapat 12 buah jendela kaca (diorama). Dari masing-masing jendela kaca itu dipertunjukan adegan-adegan peristiwa Sejarah Bangsa Indonesia diawali dengan gambaran kehidupan masyarakat Indonesia purba sampai Orde Baru.
Konsepsi sejarah yang menelusuri adegan itu bahwa Perjuangan  Nasional Indonesia sejak masa awal hingga sekarang adalah kemerdekaan, persatuan, kesejahteraan dan keadilan social. Adegan-adegan yang ada disini menggambarkan tujuan itu.

  • Ruang Kemerdekaaan
Ruang Kemerdekaan berada di dalam Cawan Tugu Monumen Nasional. Ruang kemerdekaan ini berbentuk amphitheater tertutup dimana para pengunjung sambil duduk dengan tenang dan jhidmat dapat merenungkan dan meresapkan hiknah Kemerdekaan Bangsa Indonesia. Pada keempat dinding yang berada di tengah ruangan ini terpasang empat buah atribut Kemerdekaan Bangsa Indonesia, yaitu:
a. Pada dinding sebelah Timur : Teks Proklamasi Republik Indonesia.
b. Pada dinding sebelah Utara :  peta wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terbuat dari perunggu dan dilapis emas murni.
c. Pada dindind sebelah Barat : terdapat lemari berbentuk pintu gapura yang terbuat dari perunggu ukir dan dilapisi emas murni. Didalamnya terdapat peti kaca untuk menyimpan naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
d. Pada dinding sebelah Selatan : lambing Negara Kesatuan Republik Indonesia berbentuk “ Bhineka Tunggal Ika “ yang mengandung ideologi Negara Pancasila.

  • Pelataran Cawan.
Peralatan cawan berbentuk segi empat yang melingkari badan Tugu Monumen Nasional. Pelataran cawan ini berukuran 45 m x 45 m dan berada di ketinggian 17 m. Dari pelataran cawan ini pengunjung dapat melihat keindahan Taman Merdeka.

  • Pelataran Puncak Tugu Monumen Nasional.
Pelataran puncak Tugu Monumen Nasional terletak pada ketinggian 115 m yang berukuran 11m x 11 m. dari pelataran ini pengunjung dapat menikmati panorama Ibukota Jakarta.
Dengan menggunakan elevator berkapasitas 11 orang . pelataran puncak ini dapat dicapai dalam waktu beberapa detik saja.
Dalam keadaan darurat dapat dipergunakan anak tangga dari besi  yang melingkari diseliling lift.

  • Lidah Api Kemerdekaan
Lidah Api kemerdekaan terletak di atas atap pelataran puncak Tugu terbuat dari perunggu seberat 14,5 ton berbentuk kerucut dengan tinggi 14 m yang dilapisi dengan 50 kg emas murni. Mesin lift ditempatkan didalam rongga lidah api.
Ketinggian Tugu dari halaman Tugu sampai titik puncak lidah api 132 m, sedangakan tinggi dari peralatan puncak sampai titik puncak lidah api adalah      17m.
Untuk menjaga keamanan Tugu dari petir , pada titik puncak lidah api dipasang tiang penangkal petir.
Wujud Tugu yang menjulang ke angkasa dengan Puncak Api yang Tak Kunjung Padam mencerminkan jiwa perjuangan dalam menegakan semangat dan mempertinggi keagungan revolusi kemerdekaan bangsa Indonesia.

  • Kolam Pendingin
Kolam pendingin berukuran 45 m x 45 m merupakan bagian dari system pendinginan udara didalam bangunan Tugu.
Air mancur yang terdapat dalam kolam itu mempunyai dua fungsi,  pertama untuk mendinginkan air yang telah dipakai untuk AC dan kedua sebagai fungsi penghias Taman Medan Merdeka 

  • Ruang Mesin
Guna memenuhi listrik untuk penerangan dan pendingin udara (AC) dibuat gardu  induk dalam bangunan tersendiri dibawah tanah (bunker) disisi utara Taman Medan Merdeka.

  • Patung Diponegoro
Keberadaan patung diponegoro dibagian Utara Taman Medan Merdeka menambah keagungan dan keanggunan terdendiri terhadap bagunan Tugu Monumen Nasional. Patung yang dibuat pemahat Italia Prof. Cobertaldo ini adalah sumbangan Konsul Jendral Kehormatan Indonesia, Dr. Mario Pitto sebagai penghargaan dan tanda terima kasih  serta kekagumannya terhadap bangsa Indonesia.
2.4 Makna Simbol-Simbol Monumen Nasional
  • Monumen Soekarno Hatta
Monument Soekarno-Hatta terdiri dari 4 (empat) bagian, yakni :
  1. Patung Bung Karno:
  2. Patung Bung Hatta:
  3. Naskah Proklamasi
  4. Eleman latar belakang

  • Patung Bung Karno Dan Bung Hatta
Patung Bung Karno Dan Bung Hatta dibuat dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
  1. Bung Karno dan Bung Hatta adalah Proklamator Kemerdekaan Indonesia
  2. Keagungan dan Kebesaran Proklamasi yang mempunyai makna penting bagi Kemerdekaan Bangsa.
Penciptaan Patung Bung Karno Dan Bung Hatta mencerminkan kedua pertimbangan tersebut diatas. Suasana yang ingin dicapai adalah keagungan Proklamasi,kebesaran cita-cita untuk Merdeka dan penghargaan bangsa terhadap perjuangannya.
Patung Bung Karno Dan Bung Hatta dengan ketinggian masing-masing 4,60 m dan 4,30 m dibuat dari perunggu dengan berat masing-masing 1,2 ton.

  • Naskah Proklamasi
Naskah Proklamasi di ukir pada perunggu seberat 600 kg dengan pembesaran 200 kali dari aslinya dan berukuran 290 cm x 196 cm. Naskah Proklamasi ini dibuat ntiga dimensi dengan tekukan-tekukan yang mengesankan karakter dari lipatan-lipatan kertas pada naskah asli.

  • Elemen Latar Belakang
Dasar bentuk elemen Latar Belakang adalah Segi Tiga merupakaan bentuk paling sederhana tetapi kokoh karena ketiga sisinya saling bertumpu, mempunyai dasar, sisi tegak dan puncak. Dalam kehidupan tradisional Indonesia berbentuk segi tiga ini sangat popular, seperti bentuk tumpal, pegunungan yang merupakan perwujudan dari gunung, pohon, atau api.
Selain itu, bilangan tiga dinyatakan jiga pada tiang jalan tapak yang menghubungkan Plaza dengan Gedung Perintis Kemerdekaan dan kedua jalan besar. Dalam hubungan ini, bilangan tiga bias melambangan hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam dan manusia dengan penciptaNya.
Bilangan tiga mencerminkan sikap dasar manusia Indonesia seperti tercantum dalam Tri Dharma:
  1. Rumangsa Melu Handarbeni ( Merasa ikut memiliki)
  2. Melu Hangrukebi (ikut menbela)
  3. Mulat Sariro hHngroso Wani ( berani melihat diri sendiri/instropeksi)
Untuk kseluruhan Elemen Latar Belakang merupakan susunan dari sirip-sirip segitiga yang berbentuk satu massa segitiga dan mengembang kipas. Bentuk ini jika dilihat dari samping berdiri condong kedepan menyerupai jajaran bersifat ritmis serta melengkung kedalam.
Kesan yang diungkapkan dari bentuk ini adalah suatu kekuatan yang agung dan dinamis, suatu kesatuan yang kental serta kemampuan untuk melindungi dan menjaga ruang lingkup yang ada disekitarnya. Kesan ini melambangkan kekuatan perjuangan bangsa Indonesia yang manpu melahirkan Pancasila dan Proklamasi Kemerdekaan, serta secara gigih dan dengan semanggat tinggi mampu menbela dan melindungi.
Dalam susunan ini, kelahiran Proklamasi Kemerdekaan digambarkan melalui lima sirip bagian tengah, seakan-akan tangan perjuangan yang merentang kedepan untuk mengantar dan mempersenbahkan Kemerdekaan Bangsa.
Perjuangan juga tidak akan menbuahkan hasil yang baik jika tidak dilaksanakan secara berkesinambungan dan gigih. Maka air terjun pada Monumen dimaksudkan untuk melambangkan kegigihan dan kesinambungan perjuangan.
Elemen Latar Belakang dibuat dari batu Onyx seluas 415 meter persegi, di tambang dari Bojonegoro, Jawa timur yang di kerjakan oleh PT. Marmer Indonesia, Tulung Agung.
Jumlah dan ukuran unsur-unsur bentuk Elemen Latar Belakang tersebut dibuat sedemikian rupa untuk melambangkan hari Proklamasi tanggal 17 Agustus 1945
  1. Sirip-sirip berjumlah 17 (tujuh belas).
  2. Tinggi sirip tengah 8 (delapan) meter.
  3. Jumlah gelombang pada tebing air terjun 45 buah.
Balok-balok yang merentang dari sirip-sirip tengah berjumlah 5 buah yang melambangkan Pancasila.

Monumen Nasional sebagai museum yang menyimpan begitu banyak peinggalan bersejarah yang berkaitan dengan perjuangan para pahlawan dalam merebut kemerdekaan, seharusnya menjadi tempat yang harus dikunjungi untuk mengenang jasa para pahlawan. Namun kenyataannya karena globalisasi yang berkembang pesat, kehidupan masyarakat menjadi berubah kearah gaya hidup hedonism yang hanya mementingkan kesenangan hidup tanpa memperdulikan sejarah yang merupakan bagian penting dari masa sekarang. Jadi hedonism menyebabkan berkurangnya minat masyarakat terhadap objek wisata bersejarah. Sebagai contoh banyak pemuda-pemudi yang datang mengunjungi ‘Monas’ namun mereka hanya bertamasya dan tidak tertarik untuk mengetahui nilai sejarah yang ada dibalik penbangunan Monumen Nasional.
Banyak event yang diselengarakan dikawasan ‘Monas’ namun hal tersebut tidak ada kaitannya dengan nilai sejarah yang ada di ‘Monas’ jadi monas hanya sebagai kawasan wisata  yang dikomersilkan dan melupakan  tujuan awal dari pembangunan ‘Monas’ sebagai sarana untuk menanamkan rasa nasionalisme.


Banyak sekali referensi sejarah dari banyak tokoh proklamator. Selain itu ada juga miniatur-miniatur 3 dimensi yang menunjukan bagaimana usaha para pahlawan memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia, sehingga disini kita bisa membayangkan bagaimana kejadian tersebut terjadi.

Dalam mengembangkan ‘Monas’ pemerintah harus ikut berpartisipasi. Event-event yang diselenggarakan di ‘Monas’ harus lebih berkaitan dengan sejarah-sejarah didirikannya ‘Monas’ dan agar tak membosankan seharusnya pemerintah mampu mengemas acara sejarah itu dengan sangat menarik. Mengadakan penyuluhan-penyuluhan ke berbagai sekolah agar sejak dini di tanamkan pola pikir untuk mengenang dan mengetahui lebih banyak tentang sejarah para pahlawan terdahulu.       



BAB III
PENUTUP

Untuk mengenang dan menandai kebesaran perjuangan Kemerdekaan bangsa Indonesia yang dikenal dengan Revolusi 17 Agustus 1945 serta untuk membangkitkan semanggat patriotisme generasi muda sekarang dan yang akan datang, maka di angunlah suatu tanda peringatan yang bentuk tugu yang Kemudian diberi nama Monumen Nasional.

1.Fasilitas lebih diperhatikan agar pengunjung merasa nyaman.
2.Mengadakan acara-acara yang bernilai sejarah namun dikemas secara menarik sehingga menumbuhkan minat masyarakat terhadap sejarah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar